Pages

Wednesday, 23 April 2025

Les Bersama Keponakan


            Selama kuliah, sejujurnya tidak ada pekerjaan sampingan yang saya lakukan. Selama ini saya benar-benar hanya fokus dengan kuliah saya. Bahkan saya juga tidak mengikuti organisasi ataupun UKM. Istilahnya, saya adalah sosok mahasiswa yang biasa disebut dengan mahasiswa kupu-kupu atau kuliah-pulang kuliah-pulang. Dan keseharian saya selama ini memang begitu.

Tetapi semuanya berubah saat keponakan saya atau anak dari Kakak saya mulai masuk TK. Pada saat itu, saya mendadak sering kali mengajari dia tentang huruf abjad. Kemudian lama-kelamaan saya merasa kalau say aini adalah guru les dari keponakan saya ini (namanya Bilal). Awalnya saya tidak digaji sama sekali, jelas saja karena saya memang melakukannya dengan suka rela. Lalu kemudian Kakak saya menawari saya untuk digaji asalkan saya mengajari keponakan saya itu membaca, menulis, dan juga Bahasa Inggris. Saya pun menyetujuinya dan hingga sekarang, saya selalu mengajari keponakan saya itu dan juga mendapatkan gaji dari Kakak saya.

Tetapi menjadi guru les itu ternyata tidak mudah. Saya jadi teringat ketika saya masih SD dulu dan diikutkan les oleh orang tua saya. Saya mungkin juga menyusahkan guru les saya. Karena setelah menjadi guru les untuk keponakan saya sendiri ini, ternyata anak kecil itu sangat sulit untuk diajak fokus. Bahkan diminta untuk duduk tenang saja sulit. Kalau yang saya lihat dari keponakan saya ini, dia memang memiliki screentime yang cukup tinggi. Dia suka menonton short video di YouTube. Jelas sekali sebenarnya hal ini adalah fenomena umum dari anak-anak generasi Alpha. Oleh karena itu, saya memutar otak tiap kali sesi belajar kami. Pertama-tama saya tanya apa yang dia mau dan biasanya akan dijawab kalau ia mau bermain. Kemudian saya akan memberikan penawaran yaitu dia dibolehkan main setelah belajar. Pada awalnya, car aini ampuh dan berhasil. Tetapi lama-lama ia tidak mau dan tetap ngotot ingin bermain. Kemudian saya ajak ia menonton YouTube. Tetapi bukan menonton video-video pendek yang biasa ia tonton, saya ajak keponakan saya untuk menonton video pembelajaran yang disertai lagu dan animasi menyenangkan. Saya aja dia menonton video tentang abjad ABCD yang berwarna-warni dan disertai dengan lagu yang menyenangkan. Keponakan saya senang. Dia ikut bernyanyi sekaligus ikut belajar. Jadilah win-win solution. Selanjutnya saya juga seperti itu, saya ajak dia menonton video tentang angka-angka dan juga video berbahsa inggris yang sesuai dengan usianya.

Cara itu berhasil untuk waktu yang cukup lama. Tiap kali sesi belajar, keponakan saya penasaran dengan video apalagi yang akan kami tonton hari itu. Tetapi saat saya mulai menyuruh dia untuk belajar menulis setelah dia hafal abjad ABCD, dia kembali menolak. Merengak ingin tetap menonton. Akhirnya saya menjanjikan hadiah kecil-kecilan seperti permen dan cokelat, juga susu kotak.

Dikarenakan saya sendiri merupakan mahasiswi jurusan Bahasa Inggris, selain membaca dan menulis, saya juga mengajarkan keponakan saya vocabulary Bahasa Inggris yang simple dan sesuai dengan usianya. Keponakan saya malah suka sekali setiap kali kami belajar bahasa Inggris. Saat ini, keponakan saya sudah bisa menyebutkan warna-warna dalam Bahasa Inggris, nama-nama buah dalam Bahasa Inggris, dan beberapa greeting dalam Bahasa Inggris.

Menjadi guru les memang tidak mudah, tetapi saya mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran yang berharga. Saya jadi tahu kalau mengajar itu membutuhkan persiapan dan juga niat yang kuat. Selain itu, karakter anak sering kali sulit untuk diatur, sehingga sebagai seorang guru kita harus bisa memutar otak untuk mencari solusinya.


Alfatihah Dwi Pangestu / 6B / 23030220074

No comments:

Post a Comment