Pages

Saturday, 26 April 2025

Fnb side job

 Alfa Nejatullah 

23030220103


Perkenalkan nama saya Alfa Nejatullah biasa dipanggil Alfa yang sedang berkuliah di UIN Salatiga.

Menjalani Side Job di Hashirama Ramen & Sushi Saat Waktu Luang Kuliah


Menjadi mahasiswa bukan berarti harus sepenuhnya bergantung pada uang saku dari orang tua. Banyak dari kita mencari peluang untuk menambah pemasukan sendiri, salah satunya dengan menjalani side job. Saya pribadi menemukan kesempatan itu di Hashirama Ramen & Sushi, sebuah restoran Jepang yang cukup terkenal di kota saya. Bekerja di sini menjadi pengalaman berharga, sekaligus cara produktif mengisi waktu luang di sela-sela kuliah.


Kenapa Memilih Hashirama Ramen & Sushi?


Sebelum bergabung, saya sempat mencari-cari tempat kerja yang fleksibel dan dekat dengan kampus. Hashirama menjadi pilihan karena jam kerja yang bisa diatur sesuai jadwal kuliah, lingkungan kerja yang suportif, dan tentu saja, kesempatan belajar lebih banyak tentang dunia Food and Beverage (F&B). Selain itu, siapa yang bisa menolak suasana restoran Jepang yang nyaman dan menunya yang menggoda?


Di Hashirama, saya bekerja sebagai waiter dan kadang membantu di bagian kitchen saat sedang ramai. Tugas saya meliputi menyambut tamu, mencatat pesanan, mengantar makanan, dan menjaga kebersihan area kerja. Walau terdengar sederhana, pekerjaan ini benar-benar melatih kecepatan berpikir, ketelitian, dan kemampuan berkomunikasi.



Belajar Banyak Hal


Satu hal yang paling saya syukuri dari side job ini adalah banyaknya soft skill yang terasah. Di dunia kerja nyata, kemampuan berinteraksi dengan banyak tipe orang sangat penting. Melayani pelanggan dari berbagai latar belakang, berkoordinasi dengan tim dapur, hingga menangani situasi tidak terduga adalah pengalaman berharga yang tidak diajarkan di bangku kuliah.


Selain itu, saya juga jadi lebih memahami konsep manajemen waktu. Karena kuliah tetap menjadi prioritas utama, saya harus pintar-pintar membagi jadwal. Untungnya, manajer di Hashirama cukup pengertian terhadap jadwal kuliah saya. Biasanya, saya mengambil shift sore atau akhir pekan, tergantung kebutuhan restoran dan jadwal akademik.


Penghasilan Tambahan dan Benefit Lain


Tentu saja, alasan utama mengambil side job adalah mendapatkan penghasilan tambahan. Gaji part-time di Hashirama cukup kompetitif, apalagi ditambah tips dari pelanggan. Selain itu, ada juga benefit lain seperti makan gratis setiap shift, diskon untuk menu tertentu, dan kadang-kadang bonus kecil kalau performa tim sedang bagus.


Lebih dari sekadar uang, ada kepuasan tersendiri ketika bisa mandiri secara finansial. Saya bisa menabung untuk kebutuhan pribadi, membayar biaya kuliah tambahan, atau sekadar menikmati hiburan tanpa membebani orang tua.


Kesimpulan


Menjalani side job di dunia F&B seperti di Hashirama Ramen & Sushi sangat cocok bagi mahasiswa yang ingin produktif dan memperluas pengalaman kerja sambil kuliah. Tantangannya memang ada, terutama soal membagi waktu, tapi dengan niat dan disiplin, semuanya sangat mungkin dijalani.


Kalau kamu mahasiswa yang punya waktu luang dan ingin mencoba dunia kerja sambil menambah pengalaman, saya sangat merekomendasikan mencari side job seperti ini. Siapa tahu, dari sini juga bisa membuka jalan karier ke depannya!




Friday, 25 April 2025

NAMA: KUNTI HAMIDATUL ULWIYAH. NIM : 23030220065

 Bekerja Paruh Waktu Saat Senggang

              Selain kuliah, kegiatan lainnya yang pernah saya lakukan yaitu bekerja part-time. Saat itu, saya merasa butuh pengalaman bekerja dan kegiatan yang mungkin akan menambah wawasan saya selain di perkuliahan. Saya merasa bekerja merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat dan juga menjadi pengalaman pertama yang tidak terlupakan. Saya mencari pekerjaan yang menurut saya juga tidak memberatkan kegiatan perkuliahan saya, jadi saya memilih bekerja part-time untuk mengisi waktu luang saya selain di kampus. Kebetulan saat itu teman saya juga bekerja part-time sejak awal perkuliahan. Saya menanyakan informasi terkait pekerjaan yang cocok untuk pemula seperti saya, lalu dia memberi saya beberapa informasi kerja part-time yang mungkin cocok untuk saya.

            Setelah mendapat beberapa informasi, saya akhirnya mendapat pekerjaan yang cocok untuk dilakukan di saat senggang. Kemudian saya mendaftarkan diri untuk bekerja sebagai 'tim packing'. Beruntungnya, saya mendapat atasan yang tidak terlalu menuntut. Pekerjaan yang saya lakukan hanya membungkus barang satu per satu untuk dikirim. Meskipun pekerjaan ini terlihat mudah, sebenarnya pekerjaan ini tidak semudah kelihatannya. Kegiatan packing ini membutuhkan tenaga dan kesabaran, apalagi ini merupakan pengalaman kerja pertama saya. Tidak hanya itu, pekerjaan packing ini juga masih membutuhkan tenaga dari pekerja lainnya seperti; content creatoradmin, dan pekerja part-time lainnya. Oh iya, pekerjaan yang saya ambil ini merupakan online shop skincare dan parfume. 


            Meskipun bekerja merupakan kegiatan yang melelahkan, tetapi saya bersyukur karena dengan adanya kegiatan lain yang dapat saya lakukan selain kuliah, saya masih bisa melakukan kegiatan positif lain yang juga bermanfaat, berpengalaman dan juga menambah uang saku. Tetapi, kegiatan saya ini hanya dilakukan ketika saya mendapat panggilan dari atasan saya. Misalnya, saat banyaknya pembeli sehingga membutuhkan tenaga extra dari tim packing. Biasanya saat pesanan membludak (banyak pesanan) itu karena adanya diskon besar-besaran ditanggal kembar (seperti 1.1 atau 12.12) atau diskon dari toko online shop tersebut (terkadang juga saat ulang tahun toko). 

            Kerja part-time ini merupakan pekerjaan yang cocok untuk kalangan manapun terutama mahasiswa seperti saya, karena dengan adanya pekerjaan ini dapat memudahkan siapapun untuk mendapat pengalaman pertama bekerja (bagi yang belum pernah bekerja) dan bisa dilakukan di waktu senggang atau bagi orang yang membutuhkan uang saku tambahan. Apalagi kerja part-time ini merupakan pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa adanya pengalaman bekerja seperti pekerjaan lainnya. Akan tetapi, ada beberapa kerja part-time yang membutuhkan pengalaman bekerja tergantung kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan atau tempat.

Selain menambah pengalaman dan uang saku, kerja part-time juga membantu saya belajar banyak hal di luar ruang kampus. Salah satunya adalah bagaimana saya bisa mengatur waktu dengan lebih baik antara kuliah dan bekerja. Saya jadi belajar untuk lebih disiplin, bertanggung jawab, serta terbiasa bekerja dalam tim. Dari sini juga saya menyadari pentingnya komunikasi dan koordinasi antar anggota tim, karena meskipun pekerjaan terlihat sederhana, semua tetap membutuhkan kerja sama agar proses packing berjalan lancar dan pesanan bisa dikirim tepat waktu. Saya juga jadi lebih menghargai setiap pekerjaan, sekecil apa pun itu. Pengalaman ini membuka pandangan saya bahwa semua pekerjaan memiliki tantangan dan pelajaran tersendiri. Selain itu, saya merasa lebih percaya diri karena telah mencoba keluar dari zona nyaman dan berani mengambil langkah baru.

Ke depannya, saya tidak menutup kemungkinan untuk mencoba pekerjaan part-time lain yang sesuai dengan bidang atau minat saya. Menurut saya, pengalaman kerja sejak dini sangat membantu untuk mengenal dunia kerja yang sebenarnya dan bisa jadi nilai tambah ketika nantinya melamar pekerjaan setelah lulus. Jadi, meskipun awalnya hanya ingin coba-coba, ternyata kerja part-time ini memberikan banyak hal berharga dalam hidup saya.

Ngajari fitnes

 Personal Trainer Gym

Perkenalkan nama saya Wisnu Kusuma Jati, saya dari prodi TBI 6B, saya sudah berlatih gym selama 3 tahun dan alhamdulilah sampai sekarang masih konsisten gym. (SAYA NATURAL BOS)

   Kerja sampingan saya selama kuliah adalah saya menjadi seorang pelatih gym, tetapi saya bukan menjadi pelatih yang resmi melainkan saya mengajarkan teman saya yang baru saja ingin ikut berlatih gym. Saya memulai ini sudah dari tahun 2024 yang di mana ketika teman saya menghubungi saya untuk mengajarkan dia berlatih gym untuk melakukan pembentukan otot, tidak hanya ingin membentuk otot tetapi rata-rata teman saya itu ingin menurunkan berat badan dan ingin menambah berat badan.

   Jadi yang saya ajarkan terutama adalah pola makannya yaitu ketika teman saya ingin menurunkan berat badan, saya bilang agar teman saya defisit kalori (pengurangan kalori harian) yang di mana biasa teman saya mengkonsumsi 2500 kalori per hari dikurangi menjadi di bawah 2000 kalori entah itu 1700 kalori per hari atau di bwah 1700 kalori. Sedangkan ketika ingin menambah berat badan saya memberitahu agar teman saya menambah kalorinya per hari yang di mana dia biasa mengkonsumsi 2000 kalori per hari ditambah menjadi 2500 kalori atau selebihnya. Dan untuk pola makan tersebut yang paling di butuhkan adalah protein, seperti ayam, telur, tahu, tempe dan masih banyak lagi.
 
  Setelah saya menjelaskan hal itu baru saya memulai mengajarkan teman saya berlatih otot. Di hari pertama latihan, saya biasa mengajarkan basic basic gerakan untuk latihan otot pertamanya. Dimulai dari treadmill 10 menit (latihan ini untuk teman saya yang ingin menurunkan berat badan), sedangkan untuk teman saya yang ingin menambah berat badan biasa saya tidak suruh treadmill karena untuk menambah berat badan, latihan treadmill itu justru malah menurunkan berat badannya, karena treadmill sendiri itu untuk latihan membakar kalori. Kembali lagi kepada gerakan basic untuk latihan otot, saya mengajarkan teman saya untuk melatih otot bagian atas yaitu terdiri dari otot dada, punggung dan bahu dengan beban yang ringan saja, karena ketika  langsung dengan beban yang berat justru itu malah mengakibatkan ke kagetan pada otot dan menyebabkan doms atau yang sering di sebut “njarem” itu akan lama ter recovery, sedangkan dengan beban yang ringan saja itu pun akan merasakan doms tetapi dengan waktu yang sangat singkat. 
 
   Setelah melatih otot bagian atas biasanya saya bertanya dulu apakah ada bagian otot yang tidak terasa doms? Dan semisal ada otot yang tidak merasa doms di hari kedua saya akan memberikan latihan tersebut. Misalnya pada bagian otot dada tidak terasa doms di hari kedua saya akan mengajarkan teman saya latihan otot dada tersebut. Di hari ketiga latihan saya akan mengajarkan latihan otot kaki, yang di mana latihan otot kaki ini akan merasakan doms yang sangat lama, karena latihan otot kaki itu juga menguras tenaga yang sangat banyak. Saya tidak hanya mengajarkan teman cowok saja melainkan juga ada teman cewek, pola latihan cowok itu sendiri sedikit berbeda dengan latihan cewek, di karenakan cowok itu melatih seluruh otot seperti misal, hari pertama latihan dada, hari kedua latihan otot punggung, hari ke tiga latihan otot bahu, dan hari ke empat melatih otot kaki, nah untuk latihan cewek itu sendiri itu lebih sering melatih otot kaki yang di mana dalam seminggu itu bisa 2 kali, dan dari pengalaman saya bertanya kepada orang yang lebih lama latihan,  justru cewek  itu jarang melatih otot dada, melainkan dalam satu hari itu 2 latihan otot di gabung seperti dalam sehari itu melatih otot punggung dan bahu. 
    
    Untuk biaya, saya tidak membuka harga, karena saya bukan seorang trainer gym resmi dan biasa saya membebaskan teman saya ingin membayar atau tidak tetapi rata rata  hanya 50.000 rupiah untuk 2 minggu latihan, saya berpikir kalau uang itu untuk saya yang bukan seorang trainer gym resmi uang 50.000 rupiah untuk 2 minggu latihan adalah sebuah rezeki bagi saya, dan saya justru malah merasa bangga kepada teman saya karena bisa ikut latihan gym dengan saya yang di mana itu akan membentuk konsistensi, menghindari rasa malas dan menjaga pola makan. Ya mungkin itu bisa menjadi motivasi untuk teman teman saya. Itu adalah sebuah pekerjaan sampingan saya selama kuliah.


Thursday, 24 April 2025

Berkeringat Demi Mimpi: Catatan Kecil Mahasiswa Perantauan

Mimpi yang Tak Pernah Saya Tuliskan, Tapi Diam-diam Saya Simpan

    Di tengah dunia yang bergerak serba cepat, bermimpi sering kali terasa seperti sebuah kemewahan. Bagi saya, Rizka Aulia, anak dari seorang penjual lontong sayur keliling, mimpi bukan untuk diumbar, melainkan disimpan rapat-rapat. Saya menyadari bahwa tidak semua mimpi bisa langsung digenggam, apalagi jika tumbuh dalam keterbatasan. Namun, ayah saya selalu berkata, “Jangan pernah takut bermimpi, meskipun dunia di sekitar kita terasa sempit. Mimpi itu milikmu, dan hanya kamu yang bisa mewujudkannya dengan usaha dan keyakinan.” Kata-kata itu menjadi pegangan yang terus menguatkan saya untuk tetap melangkah, bahkan ketika hidup terasa begitu berat.

    Bisa duduk di bangku kuliah adalah sebuah berkah besar yang dulu hanya mampu saya bayangkan. Meski berasal dari keluarga sederhana, saya selalu percaya bahwa setiap mimpi layak diperjuangkan. Allah menghadirkan jalan melalui beasiswa penuh UKT dan biaya hidup ditanggung sepenuhnya. Namun kenyataannya, uang beasiswa saja tidak selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena itu, saya mulai mencari penghasilan tambahan. dan bijak dalam mengatur keuangan serta kehidupan saya secara keseluruhan.

    Perjalanan ini mengajarkan saya banyak hal, dan semakin membuat saya menyadari betapa pentingnya dukungan orang tua. Saya bangga memiliki orang tua yang selalu mendukung dan memberi semangat, meskipun dalam keterbatasan. Dari mereka, saya belajar bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk menggapai impian, dan bahwa kerja keras serta kesabaran adalah kunci menuju masa depan yang lebih baik.

Snack di Tas, Malu di Hati, Tekad Tak Pernah Mati



     Di semester pertama, saya memberanikan menjual snack kepada teman kampus. Snack murah saya selipkan di dalam tas, dan setiap masuk kelas, saya mulai menawarkannya pelan-pelan, dengan hati penuh keraguan. Tak jarang saya mendengar komentar seperti, “Aku beli ya, kasihan kamu.” Jujur, kata itu sempat membuat saya terdiam. Tapi seiring waktu, saya belajar untuk melihat sisi baiknya. Mungkin benar, mereka membeli karena iba, tapi bukankah setiap perjuangan selalu punya awal? Dan setiap langkah kecil, betapapun ragu, tetaplah sebuah permulaan.
    Dari sedikit keuntungan yang saya kumpulkan, saya sisihkan sebagian untuk dikirim ke rumah sekadar membantu adik membeli jajan. Rasanya luar biasa, bisa berkontribusi meski kecil, di tengah segala keterbatasan. Sayangnya, usaha ini hanya bertahan sampai semester tiga. Semua modal yang saya punya habis untuk biaya pengobatan saya sendiri. Saat itu, saya terpaksa berhenti sejenak. Bukan karena menyerah tapi karena tubuh saya memaksa untuk istirahat.

Kerudung yang Dijual, Harapan yang Diperjuangkan



    Setelah pulih, saya mulai berjualan kerudung. Produk yang lebih tahan lama dan sesuai tren kampus. Saya belajar memilih warna netral, mencari supplier terpercaya, dan mengelola stok sendiri.
Tak selalu lancar. Ada kerudung yang tak laku, stok menumpuk, dan kerugian yang harus diterima. Tapi dari situ saya bisa belajar banyak hal.
    Setiap transaksi kecil terasa seperti kemenangan. Saat mentransfer uang ke supplier, saya merasa sedang berinvestasi pada mimpi saya untuk menjadi perempuan mandiri, dan percaya diri. Dari setiap tantangan yang saya hadapi, saya belajar untuk terus bertahan. Ketekunan ini akhirnya mengajarkan saya nilai kesabaran dan kepercayaan diri. Saya sadar, ini hanya awal dari sebuah perjalanan panjang menuju mimpi besar.

Dari Dapur Teman, Untuk Mimpi yang Saya Genggam




    Karena tinggal di pondok tanpa akses dapur, saya menggandeng teman di luar pondok untuk berjualan salad buah. Dia yang membuat, saya yang memasarkan. Meski hanya untung Rp2.000 per cup, dari sana saya belajar arti kerja sama, menjaga kualitas, dan membangun kepercayaan pelanggan.
    Di semester 6 ini, saya masih terus berjuang menyeimbangkan kuliah, usaha, dan mimpi yang belum selesai. Dari setiap usaha kecil, saya belajar bahwa mimpi layak diperjuangkan, meski jalannya tak selalu mudah. Hidup boleh membatasi, tapi tekad tak pernah padam. Inilah perjalanan saya tentang bertahan, belajar, dan percaya bahwa akhir yang indah sedang dipersiapkan.
    Saya percaya bahwa setiap langkah yang saya ambil adalah bagian dari perjalanan panjang menuju impian. Meskipun perjalanan ini penuh tantangan, saya tahu bahwa setiap kesulitan akan mendewasakan saya. Pada akhirnya, mimpi itu akan tercapai, satu demi satu.

Semangat yang Tumbuh Sejak Kecil, Tak Pernah Padam

    Mandiri bukan hal baru bagi saya. Sejak SD, saya sudah keliling jualan gorengan, makanan ringan, sampai jualan es batu. Di sekolah, saya menjual permen dan alat tulis. Saat SMP, saya tetap berdagang alat tulis walau kadang malu ditertawakan. Saat SMA, saya bantu jualan makanan milik Kyai pondok dan di sore hari mencari rongsok untuk dijual. Semua saya lakukan sepulang sekolah, di saat teman-teman saya memilih tidur atau main. Hidup sederhana memang bukan pilihan, tapi dari situ saya belajar: kerja keras, kejujuran, dan kesabaran akan selalu membuahkan sesuatu, walau tak langsung terlihat hasilnya.

Menulis Hidup, Meski dengan Tangan yang Pernah Gemetar

    Hari ini, saya masih berjalan. Masih berjualan. Masih bermimpi. Tapi saya tak lagi malu. Karena setiap langkah kecil saya adalah bagian dari cerita besar yang saya tulis sendiri. Saya bukan siapa-siapa, hanya seorang anak dari desa kecil yang tak ingin jadi penonton dalam hidup. Dan saya yakin, Allah sedang menyiapkan akhir yang lebih indah daripada yang bisa saya bayangkan.


Rizka Aulia_23030220043_TBI-B




Experience as a Substitute English Teacher at a Madrasah Aliyah During University Studies

During my time as a university student, I came to realize the importance of using my time productively—not only in academics, but also in gaining professional experience. One of the most valuable activities I undertook was working as a substitute teacher for English at a Madrasah Aliyah (Islamic senior high school). This opportunity provided me with insights and lessons that extended far beyond the classroom.The opportunity arose unexpectedly through one of my academic advisors. The school was in urgent need of a substitute teacher as the regular English teacher had to take extended leave. With a background in English Education and some experience teaching private lessons, I felt adequately prepared—despite the natural nervousness that accompanied my first day.My responsibilities included planning lessons, delivering instruction, and assessing student performance. I taught two grade levels, with a total of four classes of approximately 30 students each. I employed a communicative approach to teaching, blending traditional methods with interactive techniques. My aim was to make English feel more like a tool for communication than just another school subject.Throughout the assignment, I found myself not only acting as an educator, but also as a facilitator and motivator. I learned to identify different learning styles, tailor lesson delivery accordingly, and manage a classroom with diverse student personalities. These tasks helped strengthen my pedagogical and interpersonal skills, both of which are crucial in the field of education.Furthermore, the environment at the Madrasah Aliyah, rooted in strong Islamic values, enriched my understanding of character-based education. I also received valuable guidance from the school’s permanent teaching staff, who were generous in offering feedback and support. Conversations about curriculum design, assessment techniques, and classroom management gave me a broader, more practical view of educational work.Although my role as a substitute teacher lasted for only a few weeks, the impact on my personal and professional development was profound. I became more confident, more responsive to students’ needs, and increasingly committed to pursuing a career in education



Rizka Arifatul Ulya (23030220055) 

Wednesday, 23 April 2025

Mencari Bounty di Kemudian Hari

 

Mencari Bounty di Kemudian Hari


    Pada sela-sela liburan semester 1, saya hanya bosan karena di rumah saja, tidak dapat keluar rumah karena tidak memiliki uang, tiba-tiba ponsel saya berbunyi, kawan lama menanyakan kabar. Diriku yang sedang pusing ini enggan membalas pesan darinya karena ku pikir dia ingin meminjam uang, dengan malas ku jawab pesan darinya yang menanyai kabarku. Dia bilang kepada ku untuk melakukan suatu hal, di akhir bulan dia mengajak ku untuk mengejar bounty, aku tak tahu apa maksudnya, jadi ku iyakan saja ajakan nya itu karena di tanggal yang ia bilang tersebut aku tidak memiliki kesibukan juga. Lalu hari hari berlalu begitu cepat dan tiba lah di hari itu.Kawan ku ini dengan senang mengajak ku, ku kira dia akan langsung mengajak ke tempat nya, ternyata dia mengajak ku ke rumah nya terlebih dahulu, dan di sana tanpa persiapan apapun aku bertemu dengan ayah nya, sungguh situasi yang merugikan ku karena memang aku tak memiliki persiapan matang.

    Alih-alih bersikap dingin atau garang, ayah nya adalah orang yang jenaka, dan di situlah beliau memperkenalkan dirinya lalu menjelaskan bahwa aku diajak untuk bekerja di kantor nya. Awalnya dia bilang begitu sampai aku paham yang dia maksud tadi tidak benar-benar "bekerja", melainkan menjalankan misi atau mengejar bounty. Lalu aku diajak oleh mereka ke kantor Badan Pusat Statistik, yang mungkin sudah banyak orang tahu karena memang hampir di setiap daerah memiliki kantor ini. Tanpa ragu mereka mengajarkan ku bagaimana aku melakukan pekerjaan ku. Pada hari pertama, ku pikir hanya  aku dan temanku saja yang bekerja di sini, ternyata ada sekitar 3 orang lain yang juga bekerja melalui undangan seperti ku, dalam kurun waktu 2 hari, mereka semua sudah sangat lihai dan gesit dalam melakukan pekerjaannya. Aku mengalami kesulitan dan juga ketidakyakinan atas diriku, berulang kali aku mengecek pekerjaan ku andai kata aku membuat kesalahan. Dan hari berlalu, semakin menumpuk juga kertas tugas ku.

    Kalau dilihat dari sisi pekerjaan sangatlah mudah, kami hanya perlu melakukan input data dari masyarakat ke dalam komputer atau program yang sudah mereka sediakan, setelah itu kami hanya perlu menyimpannya saja. Pekerjaan ini termasuk pekerjaan yang repetitive, jadi cukup membosankan juga untuk melakukan perkerjaan ini. Namun aku selalu bersemangat karena ini kesempatan bagus bagi ku. Sempat juga aku mengalami hari sial di mana komputer yang ku gunakan tiba-tiba rusak, dan aku pun tak punya banyak waktu untuk memperbaikinya, sehingga aku dipindahkan ke bagian komputer lain yang mana aku tidak nyaman karena harus berhadapan langsung dengan pendingin ruangan. Singkat cerita sudah 2 Minggu sejak perjanjian kerja, dan aku sudah selesai melakukan pekerjaan ku yang harusnya diselesaikan dalam sebulan. Walaupun begitu aku mengalami banyak sekali kesulitan di saat bekerja, bahkan aku rela lembur karena memang diriku kurang gesit, jadi aku harus mengejar ketertinggalan ku dari rekan-rekan ku. Aku bahkan menjadi orang terakhir yang tinggal di kantor sampai cukup larut, begitu juga hari esok nya sampai aku akhirnya dapat mengimbangi rekan-rekan ku.  Akhirnya kerja keras ku terbayarkan dengan uang yang lumayan, mengingat ini adalah bounty dan bukan pekerjaan cukup banyak upah yang diberikan, dan oleh sebab itu aku jadi memiliki pengalaman bekerja di tempat seperti itu, dan itu adalah pengalaman berharga yang masih ku ingat sampai saat ini.

Name : Ikhwanul Safa

Class : TBI/6C

NIM : 23030220087

Side Job

    Yaa liburan, yaa kegiatan,,

         Hallo pemirsa, perkenalkan nama saya Indah, saya adalah mahasiswi Universitas Islam Negeri Salatiga yang sekarang menduduki semester 6 dan aku mengambil jurusan Tadris Bahasa Inggris. Alamat saya di Magelang, tepatnya di Borobudur. Tentunya kalian tidak asing kan dengan Candi Borobudur,  pastinya dong, karena merupakan salah satu destinasi wisata yang harus kalian kunjungi, selain menjadi tempat wisata, Candi Borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia lohhhh pemirsa. Selain itu, Candi Borobudur diakui sebagai tempat suci dan pusat ibadah bagi umat Buddha, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Di sini, umat Buddha dapat melaksanakan berbagai ritual dan kegiatan keagamaan. Nah untuk lokasi Candi Boorbudur itu di Magelang ya pemirsa bukan di Yogyakarta wkwk, ngasi tau aja sihh supaya tidak salah. Karena banyak yang ngira kalau Candi Borobudur itu lokasinya di Yogyakarta. 

        Oh iyaa, langsung saja lah pemirsa. Jadi, new post ini akan membahas kegiatan saya waktu liburan semestar ya pemirsa. Aslinya sih membahas tentang kuliah sambil kerja, tapi dikarenakan saya tidak kuliah sambil kerja jadi saya akan sedikit cerita tentang apa yang saya lakukan sewaktu libur semester ya pemirsa. 


        Saat liburan semester tiba, saya pulang kampung. Di rumah, hari-hariku di penuhi untuk membantu orang tua saya. Ibuku adalah seorang pedagang makanan, dan Bapakku adalah buruh bangunan. Setiap hari kedua orang tua saya selalu bekerja keras, kalau malam tidurnya sampai larut malam, kalau pagi bangunnya juga harus sangat pagi-pagi betul. Dulu, waktu saya masih sekolah kerjaan saya cuma bermain, tetapi beda dengan sekarang. Setiap liburan kuliah tiba, saya ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Ketika saya sudah sampai rumah saya langsung membantu pekerjaan rumah. 



        Dimulai setiap pagi, setelah sholat subuh saya langsung  membantu Ibu   menyiapkan bahan dagangan, menata keranjang di motor untuk ibu saya berjualan di Pasar, dan melayani pembeli yang datang ketika ibu masih siap-siap untuk pergi ke pasar. Ketika waktunya sudah sedikit siang, atau mungkin sudah jam 6 pagi tetapi gorengan yang ibu saya jual belum selesai menggorengnya nanti ibu saya berangkat terlebih dulu kepasar, kemudian nanti saya yang mengantar dagangan tersebut, sekaligus membantu ibu berjualan di pasar. Ketika sudah pulang dari Pasar saya langsung membereskan rumah; dari menyapu dalam dan luar rumah, memncuci piring ketika banyak piring kotor maupun barang-barang kotor lainnya. 

    Setelah semuanya beres, saya dan ibu saya makan dan setelah itu beristirahat sejenak. Kemudian nanti kira-kira jam 3 nan kami mulai lagi beraktivitas. Saya memasak kemudian ibu saya mengupas ketela. 


Ketela di Kupas 


Geblek

    
        Yaaa itu adalah ketela yang sudah dikupas yang siap untuk di parut menggunakan mesin parut. Disamping itu saya mengupas bawang putih yang akan dijadikan bumbu buat gorengan ibu saya. Ketika malam tiba saya membantu ibu saya membuat sambal buat isian pada gorengan. Selain itu, saya juga membantu membuat Geblek yang terbuat dari bahan dasar pati. Kegiatan ini biasanya selesai sekitar pukul 10 malam. Dan itulah kegiatan setiap hariku ketika di rumah. Meski capek, saya tetap merasa senang karena bisa meringankan beban ibu dan sekaligus belajar banyak hal baru yang tidak didapatkan di bangku kuliah.


        Di saat iburan semester tetapi masih ada tugas online, saya masih tetap menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas tersebut dan sambil belajar materi kuliah agar tidak tertinggal saat semester berikutnya.Saya mengatur waktu dengan baik antara membantu ibu dan belajar mandiri. Pengalaman ini membuat saya lebih menghargai perjuangan orang tua dan belajar bertanggung jawab.


        Eitsss, belum selesai yaa pemirsa. Ternyata saya lupa, kalau saya pernah mengisi waktu liburan semester saya dengan ikut bulek saya berjualan juga di pasar. Tapi jualannya berbeda dengan ibu saya, kalau ibu saya jualan gorengan dan makanan lainnya, sedangkan bulek saya jualan sayuran dan menyediakan warung klontong berisi sembako lengkap. Waktu itu adalah liburan pada bulan puasa menjelang lebaran Idul Fitri, dan saya membantu bulek saya selama satu minggu. Mesti cuma satu minggu, itu merupakan hal baru bagi saya. Karena ternyata memerlukan kerja lebih ekstra di bandingkan saat membantu ibu saya setiap hariku. Kenapa begitu, karena disaat jam istirahat saya tidak bisa istirahat seperti ketika saya hanya membantu ibu saya berjualan dan kegiatannya pun lebih banyak juga. 

        Kegiatan itu di mulai pada pukul 5 pagi dan pulang pada jam 4 sore. Di saat jam 5 itu pula saya sudah harus sampai di pasar, karena saya kebagian menjaga warung klontong itu. Kenapa harus pagi-pagi buka nya? karena harus menyiapkan segala macam barang jaulan, baik dari mengeluarkan telur, menata mie yang ada di kardus dan menyiapkan barang lainnya sekiranya itu perlu di siapkan. Selain itu, warung klontong bulek saya sudah mempunyai langganan pembeli yang setiah harinya membeli di warung bulek saya. Dan itupun tidak hanya satu ataupun dua orang, melainkan banyak orang. Setelah sedikit siang saya bersama satu orang yang membantu berjualan di bulek saya membungkus beberapa dagangan yang sekiranya stoknya tinggal sedikit, seperti membungkus gula pasir, membungkus gandum kg an, dan menata barang jualan yang sekiranya berantakan. Ketika sudah sore sembari menunggu orang yang masih membeli, saya menata barang barang yang di luar untuk di masukkan ke dalam warung. Nahh dan sesampai di rumah saya pun masih harus membantu orang tua saya juga untuk menyiapkan bahan dagangan buat besok paginya. Dan itulah kegiatan saya selama satu minggu. Walaupun cuma seminggu tapi Alhamdulillah bisa untuk tambahan uang jajan 😇

        Okeyy pemirsa saya kira cukup segitu pengalaman saya sewaktu liburan. Liburan semester bagi saya bukan lagi cuma sebagai ajang bersenang-senang dan hanya waktu istirahat, tapi juga waktu untuk berbagi dan belajar kehidupan nyata. Saya yakin pengalaman ini akan menjadi bekal berharga dalam menjalani masa depan. Sulitnya masa kini, mudahnya Esok hari. Sampai jumpa lagi di postingan aku selanjutnya pemirsa.


Indah Budi Lestari/6c/23030220094







Side Job Seru Mahasiswa: Guru les privat



Hi, SideJobseekers!

Kamu seorang mahasiswa? Atau pengen income tambahan? Selamat! Kamu ketemu blog yang tepat nihh! Sebagai mahasiswa yang masih punya waktu longgar, pastinya kita ngerasa bingung nih mau ngapain ya disela-sela waktu luang ini? Bisa juga kalau lagi ada kebutuhan mendadak atau sekedar nambah uang jajan, gimana caranya bisa dapet uang tambahan sembari kuliah setiap hari ya? Di zaman sekarang ini, sudah banyak pekerjaan yang memudahkan orang untuk bekerja part time yang bisa menyesuaikan dengan kesibukannya, terutama bagi mahasiswa. Hal ini sangat memudahkan mahasiswa untuk bisa mendapat penghasilan dengan jadwal yang bisa disesuaikan. Nah, kira-kira kamu cocok gak sama side job yang akan dijelaskan di blog ini? Let’s continue!🤗 


Saat menjadi mahasiswa baru di fakultas keguruan, tentunya aku pengen banget bisa dapet income tambahan selain uang saku buat sekedar jajan hihi. Apalagi dengan jadwal yang masih longgar tentunya bingung mau ngapain aja. Tapi nyatanya karena satu dan lain hal dalam waktu dekat saat itu belum bisa mewujudkan untuk dapet income tambahan. Akhirnya setelah melalui satu dan lain hal ini, aku dapet tawaran bagusss nih, yaitu jadi guru les! Awalnya saat dapet tawaran itu merasa belum yakin nih, aku bisa ga ya? Tapi karena aku ada di fakultas keguruan dan udah 2 tahun belajar di fakultas ini, akhirnya aku mulai tergerakkan untuk jadi guru les privat. Ternyata ini adalah kesempatan yang bagus teman-teman! Tidak hanya dapet income tapi juga suatu pengalaman yang sangat berharga.



Sebenernya menjadi guru les ini sudah menjadi salah satu side job yang sangat populer di kalangan mahasiswa di fakultas keguruan. Banyak dari beberapa teman kelas yang sudah menggeluti profesi ini. Kenapa ya profesi ini populer di kalangan mahasiswa? Kenapa aku memilih menjalani profesi guru les? Ini dia beberapa alasannya. 
  1. Relevan dengan jurusan yang diambil.  Seperti yang sering aku mention di atas, side job sebagai guru les sangat relevan dengan jurusan yang diambil. Jurusan keguruan tentunya output nya nanti akan menjadi seorang guru. Hal ini dapat membantu guru untuk profesionalisasi sejak dini dalam hal mengajar murid. Meskipun dimulai dari mengajar les privat tapi hal itu akan sangat membantu kita sebelum benar-benar terjun ke dunia pendidikan.
  2. Menambah pengalaman dan memperkuat pemahaman materi.    Saat kuliah, tentunya kita sebagai mahasiswa keguruan sudah mendapatkan teori-teori tentang mengajar, memahami dan menghadapi peserta didik, membuat modul ajar, memilih metode dan model pembelajaran yang tepat dan lain-lain. Rasanya belum lengkap kalau kita belum menerapkan di kehidupan nyata. Apalagi mengajar, membimbing dan menghadapi karakteristik anak yang berbeda-beda itu sulit. Perlu adanya pendekatan dan pemahaman yang tepat. Tentu solusinya dengan praktik langsung melalui profesi guru les ini. Kita bisa belajar untuk menghadapi anak, menganalisis kemampuan dan cara belajar anak meskipun dimulai dengan mengajar satu anak. Kita bisa memamfaatkan pengetahuan yang sudah diberikan untuk diterapkan ke anak les kita. 
  3. Jadwal fleksibel: Jadwal les biasanya dilakukan setelah anak-anak pulang sekolah, bisa mulai dari siang sampai sore. Nah, disinilah kita sebagai mahasiswa bisa mencocokkan jadwal kuliah dengan jadwal anak les yang longgar. Biasanya anak-anak memiliki waktu luang yang lebih banyak, maka kita bisa menyesuaikan dengan hal tersebut. Mahasiswa yang seharian udah menjalani hari yang padat itu masih bisa untuk melakukan les privat yang mana hanya memakan waktu yang sebentar dan tenaga yang sedikit. Biasanya les privat hanya sekitar 1-1,5 jam per anak. 
  4. Pekerjaan dengan penghasilan yang cukup menjanjikan. Bisa dibilang, side job ini memiliki penghasilan yang cukup untuk uang saku tambahan. Hal ini karena biaya nya dihitung setiap satu kali pertemuan les. Jadi sebagai mahasiswa yang butuh uang saku tambahan side job yang aku lakuin sekarang ini cocok buat kalian juga! 
  5. Dapat memilih jenjang sekolah dan minat. Gimana sih maksudnya bisa memilih jenjang sekolah? Tentunya sebagai seorang mahasiswa yang masih menjadi calon guru, kita masih harus lebih banyak belajar di bidang pendidikan ini. Nah, di les privat ini kita bisa memilih jenjang sekolah mana yang bisa kita kuasai dan masih kemampuan kita untuk mengajarkan materi sekolah. Jadi jangan khawatir kalau kamu menganggap ini adalah pekerjaan yang sulit. Karena kamu bisa memilih tingkatan mana yang masih bisa kamu handle. Selain itu, les privat tidak hanya untuk materi akademik saja. Sudah banyak orang yang membuka les privat untuk non akademik, seperti les piano/alat musik, les menyanyi, les berenang, atau les bahasa asing. 
Daritadi ngomongin alasan aku kenapa jadi guru les ya hihi. Sekarang gimana sih caranya biar kita bisa jadi guru les? Caranya gampang banget nih🤗 
  • Menawarkan diri ke lingkungan terdekat untuk menjadi guru les. Bisa dengan membagikan brosur promosi ke lingkungan sekitar.
  • Daftar ke lembaga les. Sekarang ini, sudah banyak yang mendirikan lembaga les, jadi kamu ga perlu khawatir mau daftar dimana ya! 

Nah itu dia side job aku sebagai guru les privat. Kira-kira pekerjaan ini menarik perhatianmu gak? Bisa jadi ini bakal jadi side job kamu selama kuliah dan bisa nambah uang jajan dan tentu saja jadi pengalaman berkesan dan berharga!🐈

Sabrina Maelia Husna_23030220097

Libur Kuliah??? Cari Cuan lah🤙🏼

Kebanyakan orang mikir kerja itu tujuannya cuma buat dapet gaji. Tapi buat mahasiswa, kerja itu nggak cuma soal nambah uang jajan. Lebih dari itu, ini soal nyari pengalaman yang bisa ngebentuk masa depan, atau minimal ngebuka cara pikir baru sebelum bener-bener nyemplung ke dunia kerja yang sesungguhnya.

 Oh iya, kenalan dulu nih. Nama gue Dian Arianto Nugroho, asal Bekasi, tapi biasanya dipanggil Japir sama temen-temen dari bekasi. Sekarang gue kuliah di UIN Salatiga, ngambil jurusan Bahasa Inggris dikampus paling keren lah pokoknya. Di sini gue mau cerita tentang pengalaman kerja gue pas libur semester kemarin, waktu itu gue sempet kerja di warehouse Shopee.

 Waktu itu pas libur semester 4, gue mutusin buat pulang ke Bekasi, sekalian cari-cari kerjaan. Tiap nongkrong sama temen yang udah kerja, isinya ngeluh mulu—capek lah, kerjaan numpuk lah, pokoknya drama kerjaan nggak ada habisnya. Tapi justru dari situ gue malah makin penasaran pengen nyobain kerja full day juga. Katanya sih kerja 9 jam berdiri terus, istirahat cuma sejam.  gue langsung daftar kerja di warehouse Shopee, sekalian ngajak temen gue juga buat barengan. Nggak lama kemudian, singkat cerita, tibalah hari pertama kerja.

 Nah, gue jelasin dikit nih soal tingkatan kerjaan di warehouse Shopee. Jadi, di sana ada tiga level pekerja. Pertama, ada yang namanya anak-anak freelance—biasanya disebut DW alias daily worker. Mereka belum punya jadwal tetap, jadi kalau mau kerja, harus war dulu daftar kehadiran buat besok, baru bisa masuk. Kedua, ada yang namanya reguler. Nah, ini satu tingkat di atas DW karena udah punya jadwal kerja tetap. Dan yang terakhir, yang paling chill kayaknya, yaitu DPO. Mereka tugasnya duduk depan laptop, jadi lebih ke bagian administrasi atau yang ngatur-ngatur sistem sama data keamaanan gitu.

 Di hari pertama kerja, gue langsung dijelasin tugas gue sebagai DW di warehouse Shopee. Kebetulan gue dapet bagian jadi tim shorter. Nah, tugas utama tim shorter itu nge-filter produk sesuai sama pesanan yang udah masuk. Biar lo dapet gambaran, di tempat kerja gue itu banyak banget keranjang—mulai dari yang kecil sampai yang gede, semuanya ditempelin print label dan barcode. Jadi alurnya gini: keranjang besar yang isinya macem-macem produk bakal dikasih sama tim pengantar alias picker. Tugas gue sebagai shorter adalah nge-scan barcode di keranjang besar itu, terus nyortir isinya ke keranjang kecil berdasarkan pesanan. Setiap shorter pegang satu mesin barcode, dan selain buat scanning keranjang, alat itu juga dipake buat scan tiap produk. Tujuannya? Biar kita tahu produk itu harus dimasukin ke keranjang kecil nomor berapa, sesuai sama orderan customer.

 Hari pertama kerja tuh menurut gue jadi hari paling sial, sih. Bisa dibilang gue bikin kesalahan yang lumayan fatal. Jadi kan tadi gue udah jelasin, satu orang pegang satu mesin barcode. Nah, biasanya kalau semua barang dalam satu pesanan udah bener dan gak ada yang kurang, sistem di barcode bakal otomatis balik ke beranda.

 Masalahnya, waktu itu gue dapet pesanan yang ternyata barangnya kurang 4. Panik dong. Gue tanya ke orang di sebelah gue, tapi dia juga masih baru dan nggak tahu. Semua orang keliatannya sibuk banget sama kerjaannya masing-masing. Akhirnya gue sok tahu, gue pencet tombol end task sendiri dan langsung gue serahin hasil sortirannya ke bagian checker, yang tugasnya ngepacking barang. Nah, masalahnya mulai muncul pas bagian checker mau ngepak. Mereka juga harus scan barang biar bisa keluar stiker nomor pesanannya. Tapi pas discan, stikernya nggak keluar-keluar. Mereka bingung, dan akhirnya ngelapor ke bagian DPO. Dan boom—ketahuan kalau ternyata gue yang end task pesanan itu padahal belum lengkap. Yaudah, abis itu gue dimaki-maki, asli malu banget, tapi gue juga sadar ya itu murni kesalahan gue sendiri.

 Dari situ gue langsung evaluasi cara kerja gue, biar kejadian kayak gitu nggak keulang. Tapi lucunya, justru setelah itu akun Shopee gue malah mau dinaikin dari DW ke reguler. Tapi gue tolak, karena gue masih kuliah, gak mungkin ditinggal. Lagian kalau gue tetep di DW, gue masih bisa kerja lagi kapan-kapan pas liburan.dan selama sebulan kerja di Shopee, gue dapet jatah masuk 15 hari. Itu juga karena gue rajin banget ikut war buat dapet slot kerja—maklum, cuannya lumayan gede bro, wkwk. 

Di akhir tulisan ini, gue cuma pengen bilang kalau pengalaman kerja kayak gini tuh bener-bener ngasih banyak pelajaran. Bukan cuma soal capeknya kerja, tapi juga gimana caranya ngatur waktu, ngadepin masalah, dan tetep tanggung jawab sama kerjaan sendiri. Jadi buat lo yang masih mahasiswa dan mikir kerja cuma soal duit—percaya deh, pengalaman dan mental yang lo dapet itu jauh lebih berharga.

Kata kata hari ini : "Lo gak dinilai dari seberapa mulus perjalanan lo, tapi dari gimana lo bangkit pas kepleset"

SEE YA!!!




Dian Arianto Nugroho TBI-6C 23030220118

Sepanas Apa Lingkungan Dapur Dengan Bangku Kampus?

  Tentu untuk para mahasiswa tidak asing dengan resto ataupun kafe, dimana tempat tersebut sering dijadikan untuk berkumpul,membuat tugas, bahkan hanya sekedar icip kopi. Namun, pernahkah kalian berfikir bagaimana oprasional yang terjadi di dalamnya? kalaupun resto atau kafe tempat kalian nongkrong rame banget gimana sih hecticnya?.
    Nah,sebagai orang yang kerja di lingkungan dapur, tentu bakalan ngrasain capek dan emosi. kenapa? dengan tempat resto yang rame ini bakal
ngebikin kita terpressure untuk cepet-cepet nyelesaiin orderan yang masuk sob.
kalau nggak, wah bakal kacau flownya, apalagi komplainan customer karenan lama
buatin pesenan mereka. Dan kadang yang bikin stres bukan cuma orderan yang numpuk, tapi juga koordinasi antar tim yang harus bener-bener klop. Salah satu telat, semua jadi domino effect. Kitchen buat aku ibarat orkestra. Harus kompak,harus sinkron. Bayangin aja, kalau bagian orderan pertama belum kelar, tapiorderan selanjutnya udah nyusulberantakan deh platingnya.
    Dan di tengah semua itu? Aku, si anak kuliah yang belum kelar ngerjain tugas yang mepet deadline.Buat yang cuma lihat hasil akhirnya makanan tersaji rapi di meja, minuman yang cantik buat difoto mungkin nggak kepikiran kalau dibalik itu semua ada tangan-tangan capek, keringat yang nggak kelihatan, dan pikiran yang masih kebagi dua antara dapur dan deadline tugas kampus. Kadang, aku ngerjain makalah sambil nunggu giliran makan siang. Kadang juga, aku ngantuk di kelas karena malamnya shift sampai closing. Tapi semua itu jadi rutinitas yang entah kenapa,lama-lama bisa dinikmati juga.
    Uniknya, kerja di dapur justru ngasih pelajaran hidup yang seringkali nggak diajarin di kampus. Mulai dari manajemen waktu, kerja di bawah tekanan, sampai pentingnya komunikasi yang jelas dan cepat. Dan hal-hal kayak gini ternyata kepakai dunia kuliah juga. Beberapa orang mungkin panik karena tugas udah mepet, aku udah biasa bagi waktu sambil ngerjain kerjaan lain. Ketika yang lain males diskusi kelompok, aku justru udah terbiasa koordinasi sama tim di dapuryang tekanannya bahkan jauh lebih tinggi. Rasanya kayak dapat latihan ekstra setiap hari, yang bikin lebih siap ngadepin tantangan di kampus.
    Duduk di bangku kampus dan berdiri di depan kompor itu dua dunia yang beda, tapi sama-sama ngajarin tentang proses. Tentang usaha, tentang gagal, dan tentang bangkit lagi. Dan meskipun jalannya capek, aku percaya, ujungnya nanti akan indah. Karena hidup bukan cuma soal IPK, tapi juga soal bagaimana kita bertahan, berkembang, dan belajar dari tiap panasnya perjuangan entah itu di dapur, atau di bangku kuliah.




Nur Rizky H_TBI 6C_23030220102

Les Bersama Keponakan


            Selama kuliah, sejujurnya tidak ada pekerjaan sampingan yang saya lakukan. Selama ini saya benar-benar hanya fokus dengan kuliah saya. Bahkan saya juga tidak mengikuti organisasi ataupun UKM. Istilahnya, saya adalah sosok mahasiswa yang biasa disebut dengan mahasiswa kupu-kupu atau kuliah-pulang kuliah-pulang. Dan keseharian saya selama ini memang begitu.

Tetapi semuanya berubah saat keponakan saya atau anak dari Kakak saya mulai masuk TK. Pada saat itu, saya mendadak sering kali mengajari dia tentang huruf abjad. Kemudian lama-kelamaan saya merasa kalau say aini adalah guru les dari keponakan saya ini (namanya Bilal). Awalnya saya tidak digaji sama sekali, jelas saja karena saya memang melakukannya dengan suka rela. Lalu kemudian Kakak saya menawari saya untuk digaji asalkan saya mengajari keponakan saya itu membaca, menulis, dan juga Bahasa Inggris. Saya pun menyetujuinya dan hingga sekarang, saya selalu mengajari keponakan saya itu dan juga mendapatkan gaji dari Kakak saya.

Tetapi menjadi guru les itu ternyata tidak mudah. Saya jadi teringat ketika saya masih SD dulu dan diikutkan les oleh orang tua saya. Saya mungkin juga menyusahkan guru les saya. Karena setelah menjadi guru les untuk keponakan saya sendiri ini, ternyata anak kecil itu sangat sulit untuk diajak fokus. Bahkan diminta untuk duduk tenang saja sulit. Kalau yang saya lihat dari keponakan saya ini, dia memang memiliki screentime yang cukup tinggi. Dia suka menonton short video di YouTube. Jelas sekali sebenarnya hal ini adalah fenomena umum dari anak-anak generasi Alpha. Oleh karena itu, saya memutar otak tiap kali sesi belajar kami. Pertama-tama saya tanya apa yang dia mau dan biasanya akan dijawab kalau ia mau bermain. Kemudian saya akan memberikan penawaran yaitu dia dibolehkan main setelah belajar. Pada awalnya, car aini ampuh dan berhasil. Tetapi lama-lama ia tidak mau dan tetap ngotot ingin bermain. Kemudian saya ajak ia menonton YouTube. Tetapi bukan menonton video-video pendek yang biasa ia tonton, saya ajak keponakan saya untuk menonton video pembelajaran yang disertai lagu dan animasi menyenangkan. Saya aja dia menonton video tentang abjad ABCD yang berwarna-warni dan disertai dengan lagu yang menyenangkan. Keponakan saya senang. Dia ikut bernyanyi sekaligus ikut belajar. Jadilah win-win solution. Selanjutnya saya juga seperti itu, saya ajak dia menonton video tentang angka-angka dan juga video berbahsa inggris yang sesuai dengan usianya.

Cara itu berhasil untuk waktu yang cukup lama. Tiap kali sesi belajar, keponakan saya penasaran dengan video apalagi yang akan kami tonton hari itu. Tetapi saat saya mulai menyuruh dia untuk belajar menulis setelah dia hafal abjad ABCD, dia kembali menolak. Merengak ingin tetap menonton. Akhirnya saya menjanjikan hadiah kecil-kecilan seperti permen dan cokelat, juga susu kotak.

Dikarenakan saya sendiri merupakan mahasiswi jurusan Bahasa Inggris, selain membaca dan menulis, saya juga mengajarkan keponakan saya vocabulary Bahasa Inggris yang simple dan sesuai dengan usianya. Keponakan saya malah suka sekali setiap kali kami belajar bahasa Inggris. Saat ini, keponakan saya sudah bisa menyebutkan warna-warna dalam Bahasa Inggris, nama-nama buah dalam Bahasa Inggris, dan beberapa greeting dalam Bahasa Inggris.

Menjadi guru les memang tidak mudah, tetapi saya mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran yang berharga. Saya jadi tahu kalau mengajar itu membutuhkan persiapan dan juga niat yang kuat. Selain itu, karakter anak sering kali sulit untuk diatur, sehingga sebagai seorang guru kita harus bisa memutar otak untuk mencari solusinya.


Alfatihah Dwi Pangestu / 6B / 23030220074

Double Job, Double Impact

 Double Job, Double Impact: Cerita Gue Jadi Pendamping Tahfidz dan Tentor English!

Pernah ngerasa 24 jam itu nggak cukup? aku juga. Tapi ternyata, kalau kita bener-bener niat dan nikmatin prosesnya, waktu tuh bisa ‘ngikutin’. Ini cerita aku selama jadi mahasiswa, sambil kerja sampingan sebagai pendamping tahfidz di sekolah SMP dan juga tentor les privat bahasa Inggris. Capek? Jelas. Tapi worth it? 100% iya.

Hallo semuanya, perkenalkan nama aku Saffanah Zaiq Mutawally mahasiswa Universitas Islam Negeri Salatiga yang sekarang menduduki semester 6 dan aku mengambil jurusan Tadris Bahasa Inggris. Pasti banyak orang yang bertanya-tanya kenapa sih mau ngambil jurusan PENDIDIKAN? Dan yeahh, jawabannya cukup simple, karena dulu aku bingung mau ambil jurusan apa akhirnya orang tua menyarankan untuk mengambil jurusan ini. Jadi, bisa di bilang ini adalah keinginan orang tua ku? Walaupun begitu aku tidak pernah menyesal sudah masuk di jurusan ini, karena aku banyak belajar dari sini.

Dulu sempat terlintas di otakku ketika aku sudah lulus aku tidak ingin menjadi seorang guru walaupun jurusan yang aku ambil itu adalah pendidikan. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu fikiran ku mulai terbuka tentang jurusan yang aku ambil ini. Di tengah lelahnya menjadi seorang mahsiswa yang banyak sekali tugasnya, aku pernah berfikir "walaupun besok aku tidak ingin menjadi seorang guru, tapi tidak menutup kemungkinan peluang untuk menjadi guru itu lebih besar karena jurusan ku itu dari pendidikan, kenapa tidak mencoba dari sekarang saja?", Dengan kata lain mencoba bagaimana caranya belajar dan mengajar menjadi guru yang baik. Karena menurut ku belajar itu bukan hanya di kampus saja tapi bisa dimana saja asal kita punya niat dan berusaha. Dan karena pemikiran inilah cerita 1001 side jobs ku dimulai.

Pada tahun 2023 awal aku sempat ditawarkan oleh kakak tingkat ku untuk menggantikan dia sebagai pendamping tahfidz di suatu instansi sekolah tingkat SMP, awalnya aku sempat ragu untuk menerima tawaran ini karena aku belum yakin sama diriku sendiri, tapi aku diyakinkan dan dibantu oleh kakak tingkat ku kalau pekerjaan ini tidak sesulit yang dibayangkan, dan akhirnya aku menerima tawaran terseebut. Disisi lain juga aku mulai belajar dan mencari-cari informasi bagaimana caranya menjadi pendamping tahfidz yang baik.

Jadwal aku menjadi pendamping tahfidz ini tidak setiap hari, seminggu hanya tiga kali pertemuan dan itu setiap hari selasa, rabu dan kamis. Satu kali pertemuan hanya 1 jam, dimulai dari jam 7-8 pagi. Awal-awal mengajar masih bingung dan beradaptasi dengan sekolah dan anak-anak, tapi seiring berjalannya waktu aku menjadi terbiasa dengan kerjaan ini. Aku jadi banyak belajar tentang menjadi seorang guru dengan cara terjun langsung ke lapangan menghadapi anak-anak. Konsep aku mengajar ini bukan mengajar seperti guru pada umumnya, pendamping tahfidz ini lebih ke mendengarkan mereka ketika setoran. 

Jadi, di sekolah tersebut ada program menghafal Al-Qur’an dan aku yang ditawarkan menjadi pendamping tahfidz hanya mendengarkan mereka ketika setoran hafalan saja. Pekerjaan ini menurut ku sangat cocok dengan background ku yang sebagai anak pondok dan juga menghafal Al-Qur’an sama seperti mereka. Jadi, ketika mulai mengajar mereka aku tidak terlalu kesulitan, hanya saja mungkin struggle nya pada anak-anaknya, yang dimana tidak setiap anak itu cara dan kecepatan mereka dalam menghafal sama, dan ini menjadi tugas dan tanggung jawab ku bagaimana caranya supaya membuat mereka bisa menyelesaikan target mereka tapi juga tidak membuat mereka terbebani dengan adanya program tersebut.

Seiring berjalannya waktu, aku jadi semakin ingin mencoba hal yang lain. Jadi, aku sempat kepikiran kira-kira pekerjaan apa yang bisa aku lakukan selain menghasilkan uang tapi juga sambil belajar. Suatu hari ketika aku melihat temanku menjadi seorang tentor les privat bahasa Inggris membuatku juga ingin seperti dia. Karena menurut ku itu sangat berhubungan dengan jurusan yang aku ambil saaat ini. Jadi, ketika aku sudah lulus dari sini aku tidak kaget dengan dunia pekerjaan yang diluar. Selanjutnya, aku mencari informasi dan bertanya-tanya ke teman yang  juga menjadi tentor les privat bahasa Inggris tersebut.

Dan setelah mendapatkan informasi tersebut aku bergabung disalah satu bimble di Salatiga yang dimana didalamnya terdapat banyak tentor lainnya yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Aku menjadi tentor les privat bahasa Inggris hanya di tingkat SD saja. Karena aku belum percaya diri kalau harus mengajar ke tingkat yang lebih tinggi. Hampir 1 tahun aku menjadi tentor les private bahasa Inggris dan aku pernah mempunyai anak di les privat ini lebih dari 5 orang. Jadi, kehidupan ku bisa dibilang cukup padat, karena setiap pagi aku harus menjadi pendamping tahfidz, siang nya belajar di kampus sebagai mahasiswa, sore nya aku menjadi tentor bahasa Inggris, malam nya aku menjadi santri di pondok. Terlihat sangat sibuk bukan? Tapi, aku sangat menikmati kesibukan ini dan menurut ku ini malah menjadi suatu tantangan bagiku sendiri bagaimana aku harus mengatur dan membagi waktu ku agar bisa seimbang antara kegiatan satu dengan yang lain nya. Dan ini lah caraku memanfaatkan waktu, peluang dan relasi yang aku punya untuk belajar dan menghasilkan uang di tengah-tengah sibuknya kuliah.

 

 

 

 

Nama: Saffanah Zaiq Mutawally

NIM: 23030220084

 

Tuesday, 22 April 2025

Pengalaman Berharga Sebagai Guru Les Selama Kuliah di UIN Salatiga

Pengalaman Berharga Sebagai Guru Les Selama Kuliah di UIN Salatiga

Nama: Muhammad Daffa Usaamah

NIM: 23030220105

Awal Mula Memulai Pekerjaan Sampingan

Menjalani masa kuliah bukan hanya tentang duduk di kelas dan mengerjakan tugas, tapi juga tentang membekali diri dengan pengalaman hidup yang nyata. Saya mulai menyadari pentingnya pengalaman kerja ketika seorang teman menasihati saya untuk mulai bekerja saat masih berusia 18–19 tahun. Nasihat itu begitu membekas, hingga akhirnya saya memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan di tengah kesibukan kuliah saya di UIN Salatiga.

Pekerjaan pertama saya adalah sebagai waiter di sebuah kafe bernama Embun Senja. Meskipun pengalaman itu cukup menyenangkan, saya merasa pekerjaan tersebut terlalu melelahkan untuk dijalani bersamaan dengan aktivitas kuliah. Setelah mempertimbangkan ulang, saya memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan minat dan kondisi saya saat itu.

Menemukan Jalan di Dunia Pendidikan

Perjalanan saya sebagai guru les dimulai secara tidak sengaja. Saat itu, saya mendapat kesempatan untuk mengajar anak dari Bu Lidya Anesia Anggun Kinanti. Awalnya hanya satu anak, namun dari situlah jalan saya terbuka. Bu Lidya, yang juga merupakan pemilik dari Eduville dan Little Dino Daycare Salatiga, mulai mempercayai saya untuk mengampu lebih banyak anak di Eduville. Eduville sendiri merupakan lembaga pendidikan informal yang dikelola oleh Bu Lidya bersama Bu Litany Hyrra Rorrasay.

Saya mengajar di Eduville selama kurang lebih satu tahun, dan selama itu pula saya banyak belajar, tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pribadi yang lebih sabar, empatik, dan komunikatif.


Menjadi Bagian dari Eduville

Bekerja di Eduville adalah pengalaman yang sangat berkesan. Saya mengajar anak-anak dari berbagai latar belakang, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Interaksi ini membuat saya belajar banyak hal baru, terutama dalam hal pendekatan pembelajaran yang menyenangkan atau playful learning. Kami diajarkan untuk menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan, namun tetap efektif dan mudah dipahami oleh anak-anak.

Hal yang membuat saya semakin senang bekerja di Eduville adalah kesempatan untuk membangun relasi dengan para orang tua murid. Sering kali kami mengadakan obrolan ringan dengan mereka, baik dari Indonesia maupun dari negara lain. Dari percakapan-percakapan itu, saya belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan membangun kepercayaan dengan orang tua murid.


Tantangan dan Pelajaran Berharga

Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman ini adalah bahwa mengajar anak-anak tidak semudah yang dibayangkan. Ada kalanya saya menghadapi anak-anak yang sulit diatur atau tidak fokus dalam belajar. Namun justru dari situlah saya belajar untuk memahami karakter anak, menyusun strategi pendekatan, dan menemukan metode yang paling cocok untuk masing-masing anak.

Saya juga belajar bagaimana menjadi seorang guru yang bukan hanya memberi materi, tapi juga menjadi sosok yang bisa dipercaya, tempat anak-anak merasa nyaman dan aman. Eduville memberikan pelatihan dan pendampingan yang sangat membantu saya dalam proses ini.





Bekerja sebagai guru les selama kuliah menjadi pengalaman yang sangat berharga dalam hidup saya. Saya tidak hanya mendapatkan penghasilan tambahan, tetapi juga pelajaran hidup, wawasan, serta jaringan relasi yang luas. Melalui pekerjaan ini, saya menjadi lebih percaya diri, lebih sabar, dan lebih menghargai setiap proses dalam kehidupan.

Saya sangat bersyukur pernah menjadi bagian dari Eduville dan Little Dino Daycare Salatiga. Pekerjaan ini mengubah cara pandang saya tentang pendidikan dan membuat saya semakin yakin bahwa dunia anak-anak dan pendidikan adalah dunia yang penuh potensi dan kebahagiaan.

Bagi saya, bekerja sambil kuliah bukanlah beban, tetapi kesempatan untuk berkembang. Jika ada pelajar atau mahasiswa lain yang sedang berpikir untuk mengambil pekerjaan sampingan, saya akan dengan yakin mengatakan: lakukanlah! Carilah pengalaman yang bisa membentuk diri kamu menjadi lebih baik, karena pengalaman adalah guru terbaik yang akan membawa kita menuju masa depan yang lebih cerah.